Selasa, 14 Januari 2014

Kalam Insya'



Al-Insyā’ (الإنشاء)
Definisi al-Insyā’
Yaitu Kalam yang tidak ihtimal benar atau salahnya suatu ucapan karena tujuannya adalah menimbulkan (mewujudkan) terjadinya suatu perkara.
Macam-macam al-Insyā’
Al-Insyā’ dibagi menjadi 2 macam, yaitu: Al-Insyā’ ath-Thalabī dan Ghoiru Tholabi
1). Al-Insyā’ ath-Thalabī (الإنشاء الطلبي)
Yaitu Kalam yang olehnya menimbulkan/mewujudkan suatu perkara itu dalam bentuk tuntutan yang hasilnya tidak terwujudkan secara langsung pada waktu menuntut. Al-Insyā’ bentuknya ada 5 hal, yaitu: al-amr (الأمر), an-nahyu (النهي), at-tamannī(التمني) , an-nidā’ (النداء), dan al-Istifhām(الاستفهام) . Di bawah ini akan dibahas secara rinci sebagai berikut:
-         Al-Amr, Yaitu meminta (menuntut) untuk melaksanakan suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya (posisinya) kepada orang yang lebih rendah. Dikenal juga dengan nama perintah.
·      Shīgat al-Amr
Adapun shīgat (bentuk-bentuk) al-Amr ada empat, yaitu:
Pertama, berbentuk fi‘il amr.
Fi‘il amr pada kalimat ini adalah lafaz اعْبُدُوْا
Kedua, berbentuk fi‘il Mudhāri‘ yang disertai dengan lām amr.
Fi‘il mudhāri‘ yang disertai dengan lām al-amr adalah lafaz ولتكن
Ketiga, berbentuk isim fi‘il al-amr. Contohnya: آمين =Kabulkanlah doa kami
Keempat, bentuk al-mashdar an-nā’ib ‘an fi‘il al-amr, yaitu mashdar yang menggantikan posisi fi‘il al-amr, contohnya:
سَعْيًا فِيْ سَبِيْلِ الْخَيْرِ
“Berusahalah menuju jalan kebaikan!”
Al-mashdar an-nā’ib ‘an fiil al-amr al-Mashdar adalah سَعْيًا  yang berasal dari fi‘il اِسْعَ سَعْيًا
·      Makna-makna al-Amr
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa makna asli dari al-amr adalah perintah. Tetapi dalam beberapa konteks kalimat terkadang shīgat (bentuk) al-amr keluar dari makna aslinya menuju ke makna-makna lain selain makna perintah. Hal tersebut diketahui dengan mengkaji konteks dan redaksi suatu kalimat. Makna-makna tersebut di antaranya:
-          Ad-Du‘ā’ (doa) adalah: bentuk permintaan dari yang lebih rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi. Contohnya pada lafaz أَوْزِعْنِيْ sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr& ÷br& tä3ô©r& štFyJ÷èÏR ûÓÉL©9$# |MôJyè÷Rr& ¥n?tã 4
Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku”. (QS. An-Naml [27]: 19)
-          Al-Iltimās (bertuk perintah dari seorang yang sama kedudukannya). Contohnya pada lafazأَعْطِنِيْ  pada kalimat berikut dari seseorang kepada temannya sendiri:
أَعْطِنِيْ القَلَمَ أَيُّهَا الأَخُ
Berilah aku pena itu wahai saudara
-          At-Tamannī (mengharap sesuatu yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz انْجَلِيْ pada syair ini:
أَلَا أَيُّهَا اللَّيْلُ الطَّوِيْلُ أَلَا انْجَلِيْ  #بِصُبْحٍ وَمَا الْإِصْبَاحُ مِنْكَ بِأَمْثَلِ
Wahai malam yang panjang! Tampakkanlah Sinar pagimu, dan tidak ada yang menyerupai sinar pagimu

-          At-Takhyīr (memilih). Contohnya pada lafaz تَزَوَّجْ pada kalimat berikut:
تَزَوَّجْ هِنْدًا أََوْ أُخْتَهَا  
Nikahilah Hindun atau saudarinya
-          At-Taswiyah (persamaan). Contoh-nya pada lafaz اصبروا pada kalimat berikut:
اصْبِرُوْا أَوْ لَا تَصْبِرُوْا
Engkau bersabar atau tidak
-          At-Ta‘jīz (melemahkan). Contoh-nya pada lafaz فَأْتُوْا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu (QS. Al-Baqarah [2]: 23)
-          At-Tahdīd (mengancam/menakut-nakuti). Contoh-nya pada lafaz اعْمَلُوْا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
¨(#qè=uHùå$# $tB ôMçGø¤Ï© ( ¼çm¯RÎ) $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÅÁt/
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushshilat [41]: 40)
-          Al-Ibāhah (membolehkan). Contohnya pada lafaz كُلُوْا dan اشْرَبُوْا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
(#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝøsƒø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsƒø:$# ÏŠuqóF{$# z`ÏB ̍ôfxÿø9$# (
“Makanlah dan minumlah sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam yaitu waktu fajar”. (QS. Al Baqarah [2]: 187)
-         An-Nahyu, yaitu meminta (menuntut) penghentian suatu perbuatan dari yang lebih tinggi kedudukannya (posisinya) kepada yang lebih rendah. Dikenal juga dengan nama larangan. Ia adalah anonim (lawan kata) dari al-amr.
Kalau al-amr memiliki beberapa shīgat, berbeda dengan an-nahyu yang hanya memiliki satu shīgat, yaitu fi‘il mudhāri‘ yang disertai dengan لاَ النَّاهِيَة.
Contohnya sebagaimana firman Allah:
Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya….”  (QS. Al-A‘rāf [7]: 56)
·      Makna-makna an-Nahyu
An-Nahyu terkadang keluar dari maknanya yang asli kepada makna-makna lain. Hal ini dapat diketahui dengan mengkaji konteks dan redaksi suatu kalimat. Di antara makna-makna yang dimaksud adalah:
-          Ad-Du‘ā’ (doa). Contohnya pada lafaz لا تؤاخذنا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
$oY­/u Ÿw !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah….” (QS. Al-Baqarah [2]: 286)
-          Al-Iltimās. Contohnya terdapat pada lafaz لا تزرني pada kalimat ini:
يَا أَخِيْ لاَ تَزُرْنِيْ لَيْلاً
Wahai saudaraku, janganlah engkau mengunjungiku pada malam hari”
-          At-Tamannī (mengharap sesuatu yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz لا تطلعي pada bait syair:
يَا لَيْلُ طَلَّ يَا نَوْمُ زَلَّ  #  يَا صُبْحُ قِفْ لاَ تَطْلُعِيْ
-          Al-Tahdid (mengancam). Contoh-nya pada lafaz لا تطع pada kalimat berikut:
لاَ تُطِعْ أَمْرِيْ
Jangan engkau patuhi perintahku
-         At-Tamannī, yaitu meminta (menuntut) sesuatu yang disenangi akan tetapi mustahil (tidak mungkin) terjadi atau mungkin tetapi sangat sulit.
Lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī yaitu لَيْتَ .Contohnya sebagaimana dalam syair:
أَلاَ لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا  #  فَأُخْبِرَهُ بِمَا فَعَلَ المَشِيْبُ
Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya saya bisa memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa tua.
Contoh mengharapkan sesuatu yang mungkin terjadi akan tetapi sangat sulit untuk diwujudkan: seperti ucapannya seorang yang melarat:
ليت لى ألف دينار
“ Umpomo ae aku duwe duwet sewu dinar, mestine yo bakal enak urepku

Sedangkan untuk meminta (menuntut) sesuatu yang mungkin/bisa terjadi dinamakan at-tarajjī. Lafaz-lafaz yang dipergunakan untuk at-tarajjī adalah عَسَى dan لَعَلَّ.
Contohnya sebagaimana disebutkan dalan al-Qur’an:
Ó|¤yèsù ª!$# br& uÎAù'tƒ Ëx÷Fxÿø9$$Î/
”... Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)....”  (Q.S. Al-Mā’idah [5]: 52)
Contoh lain sebagaimana firman Allah:
Ÿw Íôs? ¨@yès9 ©!$# ß^Ïøtä y÷èt/ y7Ï9ºsŒ #\øBr&
”... Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.”  (QS. Ath-Thalāq [65]: 1)
Namun karena faktor-faktor keindahan bahasa, terkadang dipergunakan juga lafaz  ليت dengan makna at-tarajjī.
Adapun lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī ada 4: satu yang asli yaitu ليت sementara yang 3, yaitu هَلْ dan لَوْ  serta لَعَلَّ  menjadi pengganti, dan ini dipergunakan karena memenuhi faktor-faktor keindahan bahasa.
Contoh penggunaan هل  sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
ö@ygsù $uZ©9 `ÏB uä!$yèxÿä© (#qãèxÿô±uŠsù !$uZs9
“… Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami….” (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)
Contoh penggunaan لو  sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
öqn=sù ¨br& $uZs9 Zo§x. tbqä3uZsù z`ÏB tûüÏZÏB÷sßJø9$#
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu‘arā’ [26]: 102)
Contoh penggunaan لعل  sebagaimana disebutkan dalam syair:
أَسِرْبَ القَطَا هَلْ مَنْ يُعِيْرُ جَنَاحَهُ  #  لَعَلِّيْ إِلَى مَنْ قَدْ هَوِيْتُ أَطِيْرُ
Wahai kawanan burung qatha (mirip merpati), siapakah yang mau meminjamkan sayapnya # Agar aku bisa terbang kepada kekasihku
-         An-Nidā’, yaitu meminta seseorang untuk menghadap dengan meng-gunakan huruf yang mengganti tempatnya lafadz أَدْعُوْ  atau أُنَادِيْ. Dikenal juga dengan nama memanggil. Adapun huruf-huruf an-nidā’ ada 8, yaitu:يَا, أَيْ ,  آيْ , أَيَا , هَيَا , وَا , آ , الهمزة 
Contohnya: يَا مُحَمَّدُ
Dari semua ādat an-nidā’ di atas ada yang digunakan untuk memanggil jaraknya jauh dan yang jaraknya dekat. Untuk memanggil yang jaraknya dekat, menggunakan الهمزة dan أي. Adapun huruf-huruf yang lain dipergunakan untuk memanggil yang berjarak jauh. Akan tetapi terkadang untuk memanggil yang jaraknya jauh juga digunakan lafaz الهمزة dan أي, karena melekatnya munada (orang yang dipanggil) di dalam hatinya si mutakallim seakan-akan berada di dekatnya padahal jaraknya jauh.
Contohnya sebagaimana disebutkan dalam syair:
أَسُكَّانُ نُعْمَانَ الْأَرَاكَ تَيَقَّنُوْا  #  بِأَنَّكُمْ فِيْ رُبْعِ قَلْبِيْ سُكَّانُ
Wahai penduduk Nu’mān Al-Arāk, yakinlah # Bahwa sesungguhnya kalian berada dalam hatiku
Sebaliknya, untuk memanggil yang jaraknya dekat terkadang menggunakan huruf nida’ yang jauh. Mungkin karena kedudukannya si munada yang tinggi, contohnya أَيَا مَوْلاَيَ (wahai tuanku), atau kedudukannya si munada yang rendah, contoh : أيا هذا (padahal dia di samping kamu)  atau si munadanya sedang tidak berkonsentrasi mungkin lagi tidur atau lagi lupa, seakan-akan si munadanya tidak hadir di majlis tersebut, contoh  أَيَا فُلاَن
Terkadang an-nidā’ keluar dari makna aslinya kepada makna-makna lain (yaitu selain makna memanggil) yang bisa diketahui melalui konteks dan redaksi suatu kalimat. Makna-makna tersebut adalah:
-      اَلتَّحَسُّر (mengungkapkan penyesalan). يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا = Semoga aku kembali menjadi  tanah
-      اَلتَّفَاخُرُ (rasa bangga). Contohnya adalah أَنَا أَكْرَمُ الضَّيْفِ أيُّهَا الرَّجُلُ = Saya tamu yang paling mulia
-      اَلتَّوَاضُعُ (merendah). Contohnya adalah أنا الفقير المِسْكِيْنُ أيها الرجل = Saya orang  yang  fakir miskin
-      اَلاسْتِغَاثَة (memohon pertolongan). Contohnya: يَا لِلّهِ لِلْمُؤْمِنِيْن = Tolonglah orang-orang yang beriman
-         Al-Istifhām, yaitu meminta untuk mengetahui berita yang tidak diketahui dengan menggunakan adat tertentu. Dikenal juga dengan nama bertanya. Ada beberapa adat yang dipakai untuk bertanya, diantaranya:
هَلْ ، الهمزة ، مَا ، من ، مَتَى ، أَيَّانَ ، كَيْفَ ، أَيْنَ ، أَنَّى ، كَمْ ، أَيّ
Ada 2 hal yang ingin dicapai (dimaksudkan) oleh pertanyaan, yaitu at-tasawwur dan at-tashdīq.
·        At-Tasawwur, yaitu mengetahui ma’na mufrod dan bersifat ingin menentukan sesuatu dari 2 hal atau lebih.
·        At-Tashdīq, yaitu membenarkan suatu hal. Ia berfungsi untuk menghilangkan keraguan dan jawabannya berbentuk ya atau tidak
1)      Adat الهمزة  , bisa dipakai untuk menanyakan at–tasawwur dan at-tashdīq.
Dalam konteks at-tasawwur, adat (huruf) الهمزة diikuti oleh obyek yang ditanyakan. Biasanya disebutkan lawanannya atau penyeimbangnya yang terletak setelah hurup أم.
Contohnya:
أَمَحْمُوْدُ مُسَافِرٌ أَمْ أَحْمَدُ
Apakah si Mahmud yang bepergian atau Ahmad?
Maka jawabannya adalah Mahmud atau Ahmad
Jadi, orang yang bertanya mempunyai prasangka (I’tikad) kalau ada yang pergi. Cuman masih belum tahu pasti siapa yang sebenarnya pergi (entah yang pergi itu Mahmud atau Ahmad, pokoknya salah satu diantara mereka).[1] Kemudian bertanya untuk menentukan kepastian siapa yang sebenarnya pergi.
Sedangkan dalam konteks at-tashdīq, adat (huruf) الهمزة dimaksudkan untuk menghilangkan keraguan antara 2 hal. Jawabannya antara نعم (ya) atau  لا (tidak) .
Contohnya:
أَسَافَرَ مَحْمُوْدُ ؟
Apakah si Mahmud pergi?
Jawab: ”  ya “
Jadi, orang yang bertanya mempunyai prasangka (I’tikad) kalau yang pergi itu Mahmud, tapi masih ragu mengenai hal tersebut.[2] Kemudian bertanya untuk menghilangkan keraguannya. Jadi jawabnya menggunakan نعم (ya) atau  لا (tidak).
2)      Adat هَلْ  khusus dipergunakan untuk menanyakan At- Tashdiq saja.
Contohnya:
هَلْ جاء صديقك ؟
Apakah teman kamu sudah datang?
Maka jawabannya adalah “ ya “ atau “tidak”
Di antara adat-adat istifhām yang lain:
3)      مَنْ (Siapa): untuk menanyakan sesuatu yang berakal seperti manusia.
مَنْ فتح الباب ؟
Siapa yang membuka pintu?
4)      ما (Apakah): untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
مَا الِقِيَامَةُ ؟
Apa kiamat itu?
5)        متى(Kapan): untuk menanyakan waktu (berzaman madli atau mustaqbal)
مَتَى تَذْهَبُ ؟
Kapan engkau pergi?
6)       أيان(Kapan): untuk menanyakan waktu yang akan datang.
أَيَّانَ يُبْعَثُ النَّاسُ مِنْ قُبُوْرِهِمْ ؟
Kapan manusia dibangkitkan dari kuburnya?
7)       كيف(Bagaimana): untuk menanyakan kondisi
كَيْفَ أنت ؟
Bagaimana kabarmu?
8)       أين(Di Mana): untuk menanyakan tempat
أَيْنَ بَيْتُكَ ؟
Di mana rumahmu?
9)      أنى. Ini sama artinya dengan  من أين (Dari Mana), كيف  (Bagaimana), dan  متى (Kapan)
Contohnya:

أَنَّى لَكَ هَذَا الْمَالَ ؟
Dari mana engkau memperoleh harta benda ini?
4¯Tr& ¾ÇósムÍnÉ»yd ª!$# y÷èt/ $ygÏ?öqtB (
”...Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?....”  (QS. Al-Baqarah [2]: 259)
زُرْنِيْ أَنَّى شِئْتَ ؟
Kunjungilah saya kapan saja engkau mau

10)   كم(Bagaimana): untuk menanyakan bilangan yang masih samar
كَمْ عَدَدُ الطُلَّابِ فِيْ هَذَا الْفَصْلِ ؟
Berapa jumlah siswa di kelas ini?
11)  أي  (Yang Mana): untuk membedakan salah satu diantara 2 pelaku / 2 hal yang keduanya sama dalam satu perkara.  
أَيُّ الرَّجُلَيْنِ أَكْبَرُ سِنًّا ؟
Yang mana yang lebih tua umurnya diantara kalian berdua?
·           Makna-makna al-Istifhām
Lafaz-lafaz istifhām terkadang keluar dari makna aslinya kepada makna-makna lain yang bisa diketahui melalui konteks dan redaksi kalimat.
Makna-makna tersebut di antaranya:
-      An-Nafyu (peniadaan).
Contohnya:
ö@yd âä!#ty_ Ç`»|¡ômM}$# žwÎ) ß`»|¡ômM}$#
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahmān [55]: 60)
-      An-Nahyu (larangan)
Contohnya:
ŸóOßgtRöqt±øƒrBr& 4 ª!$$sù ,ymr& br& çnöqt±øƒrB bÎ) OçFZä. šúüÏZÏB÷sB
”...Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. At- Taubah [9]: 13)
Maksudnya لاَ تَخْشَوْهُمْ (janganlah kalian takut kepada mereka)
-      Al-Amr (perintah)
Contohnya:
ö@ygsù LäêRr& tbqåktJZB
”...Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al- Mā’idah [5]: 91)
Maksudnya اِنْتَهُوْا (berhentilah)
-      Al-Inkār (tidak mengakui)
Contohnya:
uŽöxîr& «!$# tbqããôs? bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹
”...Apakah kamu menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!” (QS. Al-An’ām [6]: 40)
-      At-Taqrīr (menetapkan)
Contohnya:
óOs9r& ÷yuŽô³nS y7s9 x8uô|¹
”Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Alam Nasyrah [94]: 1)
-      At-Ta‘zhīm (mengagungkan)
Contohnya:
`tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 
“…Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?....”  (QS. Al-Baqarah [2]: 255)
-      At-Tahqīr (menghina)
Contohnya:
أَهَذَا الَّذِيْ مَدَحْتَهُ كَثِيْرًا ؟
Apakah ini orang yang sering engkau puji?
-      At-Taswiyah (menyamakan)
Contohnya:
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøŠn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? Ÿw tbqãZÏB÷sãƒ
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (QS. Al-Baqarah [2]: 6)
-      At-Tamannī (mengharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi)
Contohnya:
ö@ygsù $uZ©9 `ÏB uä!$yèxÿä© (#qãèxÿô±uŠsù !$uZs9
“...Maka Adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami....”  (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)
-      At-Tasywīq (membikin penasaran)
Contohnya:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ö@yd ö/ä39ߊr& 4n?tã ;ot»pgÏB /ä3ŠÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r&
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan-mu dari azab yang pedih?”  (QS. Ash-Shaff [61]: 10)

2). Al-Insyā’ Ghair ath-Thalabi  (الإنشاء غير الطلبي)
Yaitu Kalam insya’ yang tidak mengandung tuntutan yang hasilnya tidak terwujudkan secara langsung.
Al-Insyā’ jenis ini terbentuk dari susunan-susunan kalimat berikut:
-      At-Taajjub(التعجب) , yaitu menunjukkan rasa heran/kagum.
Contoh:
مَا أَجْمَلَ السَّمَاءَ
Alangkah indahnya langit itu
-      Al-Qasam(القسم) , yaitu bersumpah dengan menggunakan 3 huruf sumpah, yaitu الواو , الباء dan التاء. Seperti: والله ، بالله ، تالله
Contoh lain:
ħ÷K¤±9$#ur $yg8ptéÏur
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari.” (QS. Asy-Syams [91]: 1)
-      Shighot Akad,  seperti بعت , اشتريت,  أنكحتك
-      At-Tarajjī(الترجي) , yaitu mengharap sesuatu yang mungkin terealisasi.
عسى ، حرى ، اخلولق
Contoh:
|#Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ׎öyz öNà6©9 (
”Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Contoh lain:
لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيْبٌ
Semoga hari Kiamat itu dekat/cepat tiba.
-      Fiil al-Madh dan adz-Dzamm, yaitu fiil yang dipergunakan untuk memuji dan mencela: نعم ، بئس
Contoh:
نِعْمَ الْعَبْدُ أَوَّابٌ
Sebaik-baik hamba adalah yang banyak bertobat).
Contoh lain:
بِئْسَ الْخُلُقُ الْكَذِبُ


[1] Inilah yang dinamakan dengan Tashawwur
[2] Inilah yang dinamakan dengan Tashdiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar