Al-Insyā’ (الإنشاء)
Definisi al-Insyā’
Yaitu Kalam yang tidak ihtimal benar atau
salahnya suatu ucapan karena tujuannya adalah menimbulkan (mewujudkan) terjadinya
suatu perkara.
Macam-macam al-Insyā’
Al-Insyā’ dibagi menjadi 2 macam, yaitu: Al-Insyā’ ath-Thalabī dan Ghoiru Tholabi
1). Al-Insyā’
ath-Thalabī (الإنشاء الطلبي)
Yaitu Kalam yang olehnya menimbulkan/mewujudkan suatu perkara itu dalam
bentuk tuntutan yang hasilnya tidak terwujudkan secara
langsung pada waktu menuntut. Al-Insyā’ bentuknya
ada 5 hal, yaitu: al-amr (الأمر), an-nahyu (النهي), at-tamannī(التمني)
, an-nidā’ (النداء), dan al-Istifhām(الاستفهام) . Di bawah ini akan dibahas secara rinci
sebagai berikut:
-
Al-Amr,
Yaitu meminta (menuntut) untuk
melaksanakan
suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya (posisinya) kepada
orang yang lebih rendah. Dikenal
juga dengan nama perintah.
·
Shīgat al-Amr
Adapun shīgat (bentuk-bentuk) al-Amr
ada empat, yaitu:
Pertama, berbentuk fi‘il amr.
Fi‘il amr pada kalimat ini adalah lafaz اعْبُدُوْا
Kedua, berbentuk fi‘il Mudhāri‘ yang disertai dengan lām amr.
Fi‘il mudhāri‘ yang
disertai dengan lām al-amr adalah lafaz ولتكن
Ketiga, berbentuk isim fi‘il al-amr. Contohnya: آمين =Kabulkanlah doa kami
Keempat, bentuk al-mashdar an-nā’ib ‘an fi‘il al-amr, yaitu mashdar yang
menggantikan posisi fi‘il al-amr, contohnya:
سَعْيًا فِيْ سَبِيْلِ الْخَيْرِ
“Berusahalah menuju jalan kebaikan!”
Al-mashdar an-nā’ib
‘an fi‘il al-amr al-Mashdar
adalah سَعْيًا yang berasal dari fi‘il اِسْعَ سَعْيًا
· Makna-makna
al-Amr
Dari definisi di atas dapat
diketahui bahwa makna asli dari al-amr adalah perintah. Tetapi dalam
beberapa konteks kalimat terkadang shīgat (bentuk) al-amr keluar
dari makna aslinya menuju ke makna-makna lain selain makna perintah. Hal
tersebut diketahui dengan mengkaji konteks dan redaksi suatu kalimat. Makna-makna tersebut di antaranya:
-
Ad-Du‘ā’
(doa) adalah: bentuk permintaan dari yang lebih rendah
kedudukannya kepada yang lebih tinggi. Contohnya pada lafaz أَوْزِعْنِيْ sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr&
÷br&
tä3ô©r&
tFyJ÷èÏR
ûÓÉL©9$#
|MôJyè÷Rr&
¥n?tã
4
Ya Allah, berilah aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku”.
(QS. An-Naml [27]: 19)
-
Al-Iltimās (bertuk perintah dari seorang yang sama kedudukannya). Contohnya pada lafazأَعْطِنِيْ
pada
kalimat berikut dari seseorang kepada temannya sendiri:
أَعْطِنِيْ القَلَمَ أَيُّهَا الأَخُ
Berilah
aku pena itu wahai saudara
-
At-Tamannī (mengharap
sesuatu yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz انْجَلِيْ pada
syair ini:
أَلَا أَيُّهَا اللَّيْلُ الطَّوِيْلُ أَلَا
انْجَلِيْ #بِصُبْحٍ وَمَا الْإِصْبَاحُ مِنْكَ بِأَمْثَلِ
Wahai malam yang panjang! Tampakkanlah Sinar pagimu, dan tidak
ada yang menyerupai sinar pagimu
-
At-Takhyīr (memilih). Contohnya
pada lafaz تَزَوَّجْ pada kalimat berikut:
تَزَوَّجْ هِنْدًا أََوْ أُخْتَهَا
Nikahilah Hindun atau saudarinya
-
At-Taswiyah (persamaan).
Contoh-nya pada lafaz اصبروا pada kalimat berikut:
اصْبِرُوْا أَوْ لَا تَصْبِرُوْا
Engkau bersabar atau tidak
-
At-Ta‘jīz (melemahkan).
Contoh-nya pada lafaz فَأْتُوْا sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an:
bÎ)ur
öNçFZà2 Îû 5=÷u
$£JÏiB
$uZø9¨tR 4n?tã
$tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB
¾Ï&Î#÷VÏiB
Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu (QS. Al-Baqarah [2]: 23)
-
At-Tahdīd (mengancam/menakut-nakuti).
Contoh-nya pada lafaz اعْمَلُوْا sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an:
¨(#qè=uHùå$#
$tB ôMçGø¤Ï©
( ¼çm¯RÎ) $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? îÅÁt/
Perbuatlah apa yang
kamu kehendaki; Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
(QS. Fushshilat [41]: 40)
-
Al-Ibāhah (membolehkan).
Contohnya pada lafaz كُلُوْا dan اشْرَبُوْا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
(#qè=ä.ur (#qç/uõ°$#ur 4Ó®Lym
tû¨üt7oKt
ãNä3s9
äÝøsø:$#
âÙuö/F{$#
z`ÏB
ÅÝøsø:$#
ÏuqóF{$#
z`ÏB
Ìôfxÿø9$#
(
“Makanlah dan minumlah sehingga jelas bagimu
benang putih dari benang hitam yaitu waktu fajar”. (QS. Al Baqarah [2]:
187)
-
An-Nahyu,
yaitu meminta (menuntut) penghentian suatu perbuatan dari
yang lebih tinggi kedudukannya (posisinya) kepada yang lebih rendah. Dikenal
juga dengan nama larangan. Ia adalah anonim (lawan kata) dari al-amr.
Kalau al-amr
memiliki beberapa shīgat, berbeda dengan an-nahyu yang hanya
memiliki satu shīgat, yaitu fi‘il mudhāri‘ yang disertai dengan لاَ النَّاهِيَة.
Contohnya sebagaimana firman Allah:
wur
(#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$#
y֏t/
$ygÅs»n=ô¹Î)
“Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya….” (QS. Al-A‘rāf [7]: 56)
·
Makna-makna an-Nahyu
An-Nahyu terkadang keluar dari maknanya yang asli kepada makna-makna lain. Hal ini
dapat diketahui dengan mengkaji konteks dan redaksi suatu kalimat. Di antara
makna-makna yang dimaksud adalah:
-
Ad-Du‘ā’ (doa). Contohnya pada
lafaz لا تؤاخذنا sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an:
$oY/u w
!$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZÅ¡®S ÷rr&
$tRù'sÜ÷zr& 4
“Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah….” (QS. Al-Baqarah [2]:
286)
-
Al-Iltimās. Contohnya terdapat
pada lafaz لا تزرني pada kalimat ini:
يَا أَخِيْ لاَ تَزُرْنِيْ لَيْلاً
“Wahai saudaraku, janganlah engkau mengunjungiku pada malam hari”
-
At-Tamannī (mengharap sesuatu
yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz لا تطلعي pada
bait syair:
يَا لَيْلُ طَلَّ يَا نَوْمُ زَلَّ # يَا
صُبْحُ قِفْ لاَ تَطْلُعِيْ
-
Al-Tahdid
(mengancam). Contoh-nya pada lafaz لا تطع pada
kalimat berikut:
لاَ تُطِعْ أَمْرِيْ
Jangan
engkau patuhi perintahku
-
At-Tamannī, yaitu meminta
(menuntut) sesuatu yang disenangi akan tetapi mustahil (tidak mungkin) terjadi
atau mungkin tetapi sangat sulit.
Lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī
yaitu لَيْتَ .Contohnya sebagaimana dalam syair:
أَلاَ لَيْتَ
الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا # فَأُخْبِرَهُ بِمَا فَعَلَ المَشِيْبُ
Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya
saya bisa memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa tua.
Contoh mengharapkan sesuatu yang mungkin
terjadi akan tetapi sangat sulit untuk diwujudkan: seperti ucapannya seorang
yang melarat:
ليت لى ألف دينار
“ Umpomo ae aku duwe duwet sewu dinar, mestine
yo bakal enak urepku”
Sedangkan untuk meminta
(menuntut) sesuatu yang mungkin/bisa terjadi dinamakan at-tarajjī.
Lafaz-lafaz yang dipergunakan untuk at-tarajjī adalah عَسَى dan لَعَلَّ.
Contohnya sebagaimana
disebutkan dalan al-Qur’an:
Ó|¤yèsù ª!$# br& uÎAù't Ëx÷Fxÿø9$$Î/
”... Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada
Rasul-Nya)....” (Q.S. Al-Mā’idah [5]: 52)
Contoh lain sebagaimana
firman Allah:
w Íôs? ¨@yès9 ©!$# ß^Ïøtä y÷èt/ y7Ï9ºs #\øBr&
”... Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu
hal yang baru.” (QS. Ath-Thalāq [65]: 1)
Namun karena faktor-faktor
keindahan bahasa, terkadang dipergunakan juga lafaz ليت dengan makna at-tarajjī.
Adapun lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī ada 4: satu yang asli yaitu
ليت sementara yang 3, yaitu هَلْ dan لَوْ
serta لَعَلَّ menjadi pengganti, dan
ini dipergunakan karena memenuhi faktor-faktor keindahan bahasa.
Contoh penggunaan هل sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an:
ö@ygsù
$uZ©9 `ÏB uä!$yèxÿä©
(#qãèxÿô±usù !$uZs9
“… Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi
kami….” (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)
Contoh penggunaan لو sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an:
öqn=sù
¨br&
$uZs9 Zo§x.
tbqä3uZsù z`ÏB
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu‘arā’ [26]: 102)
Contoh penggunaan لعل sebagaimana disebutkan dalam syair:
أَسِرْبَ القَطَا
هَلْ مَنْ يُعِيْرُ جَنَاحَهُ # لَعَلِّيْ إِلَى مَنْ قَدْ هَوِيْتُ أَطِيْرُ
Wahai kawanan burung qatha (mirip merpati),
siapakah yang mau meminjamkan sayapnya # Agar aku bisa terbang kepada kekasihku
-
An-Nidā’, yaitu meminta seseorang
untuk menghadap dengan meng-gunakan huruf yang mengganti tempatnya
lafadz
أَدْعُوْ atau أُنَادِيْ. Dikenal juga dengan nama memanggil. Adapun huruf-huruf
an-nidā’ ada 8, yaitu:يَا, أَيْ , آيْ , أَيَا , هَيَا ,
وَا , آ , الهمزة
Contohnya: يَا مُحَمَّدُ
Dari semua ādat an-nidā’ di atas ada
yang digunakan untuk memanggil jaraknya jauh dan yang jaraknya dekat. Untuk
memanggil yang jaraknya dekat, menggunakan الهمزة dan
أي. Adapun huruf-huruf yang lain dipergunakan
untuk memanggil yang berjarak jauh. Akan tetapi terkadang untuk
memanggil yang jaraknya jauh juga digunakan lafaz الهمزة dan
أي, karena
melekatnya munada (orang yang dipanggil) di dalam hatinya si mutakallim
seakan-akan berada di dekatnya padahal jaraknya jauh.
Contohnya sebagaimana disebutkan dalam syair:
أَسُكَّانُ
نُعْمَانَ الْأَرَاكَ تَيَقَّنُوْا # بِأَنَّكُمْ فِيْ رُبْعِ قَلْبِيْ سُكَّانُ
Wahai penduduk Nu’mān Al-Arāk, yakinlah # Bahwa
sesungguhnya kalian berada dalam hatiku
Sebaliknya, untuk memanggil yang
jaraknya dekat terkadang menggunakan huruf nida’ yang jauh.
Mungkin karena kedudukannya si munada yang tinggi, contohnya أَيَا مَوْلاَيَ (wahai
tuanku), atau kedudukannya si munada yang rendah, contoh : أيا هذا (padahal dia di samping kamu)
atau
si munadanya sedang tidak berkonsentrasi mungkin lagi tidur atau lagi lupa,
seakan-akan si munadanya tidak hadir di majlis tersebut, contoh أَيَا فُلاَن
Terkadang an-nidā’
keluar dari makna aslinya kepada makna-makna lain (yaitu
selain makna memanggil) yang bisa diketahui
melalui konteks dan redaksi suatu kalimat. Makna-makna tersebut adalah:
-
اَلتَّحَسُّر (mengungkapkan
penyesalan). يَا لَيْتَنِيْ
كُنْتُ تُرَابًا = Semoga aku kembali menjadi tanah
-
اَلتَّفَاخُرُ (rasa bangga). Contohnya adalah أَنَا أَكْرَمُ الضَّيْفِ أيُّهَا الرَّجُلُ =
Saya tamu yang paling mulia
-
اَلتَّوَاضُعُ (merendah). Contohnya adalah أنا الفقير المِسْكِيْنُ أيها الرجل = Saya orang yang
fakir miskin
-
اَلاسْتِغَاثَة (memohon pertolongan). Contohnya: يَا لِلّهِ لِلْمُؤْمِنِيْن = Tolonglah orang-orang yang beriman
-
Al-Istifhām, yaitu meminta untuk mengetahui berita yang tidak diketahui dengan menggunakan adat tertentu. Dikenal juga dengan
nama bertanya. Ada
beberapa adat yang dipakai untuk bertanya, diantaranya:
هَلْ ، الهمزة ،
مَا ، من ، مَتَى ، أَيَّانَ ، كَيْفَ ، أَيْنَ ، أَنَّى ، كَمْ ، أَيّ
Ada 2 hal yang ingin dicapai (dimaksudkan) oleh
pertanyaan, yaitu at-tasawwur dan at-tashdīq.
·
At-Tasawwur, yaitu mengetahui ma’na mufrod dan
bersifat ingin
menentukan sesuatu dari 2 hal atau lebih.
·
At-Tashdīq, yaitu membenarkan
suatu hal. Ia berfungsi untuk menghilangkan keraguan dan jawabannya berbentuk ya
atau tidak
1)
Adat الهمزة , bisa dipakai untuk menanyakan at–tasawwur
dan at-tashdīq.
Dalam konteks at-tasawwur,
adat (huruf) الهمزة diikuti
oleh obyek yang ditanyakan. Biasanya disebutkan lawanannya atau penyeimbangnya
yang terletak setelah hurup أم.
Contohnya:
أَمَحْمُوْدُ مُسَافِرٌ أَمْ أَحْمَدُ
Apakah si Mahmud yang
bepergian atau Ahmad?
Maka jawabannya adalah Mahmud atau Ahmad
Jadi, orang yang bertanya mempunyai
prasangka (I’tikad) kalau ada yang pergi. Cuman masih belum tahu pasti siapa
yang sebenarnya pergi (entah yang pergi itu Mahmud atau Ahmad, pokoknya salah
satu diantara mereka).[1] Kemudian
bertanya untuk menentukan kepastian siapa yang sebenarnya pergi.
Sedangkan dalam konteks at-tashdīq,
adat (huruf) الهمزة dimaksudkan
untuk menghilangkan keraguan antara 2 hal. Jawabannya antara نعم (ya) atau لا (tidak) .
Contohnya:
أَسَافَرَ مَحْمُوْدُ ؟
Apakah si Mahmud
pergi?
Jawab: ” ya “
Jadi, orang yang bertanya mempunyai
prasangka (I’tikad) kalau yang pergi itu Mahmud, tapi masih ragu mengenai hal
tersebut.[2] Kemudian
bertanya untuk menghilangkan keraguannya. Jadi jawabnya menggunakan نعم (ya) atau لا (tidak).
2)
Adat
هَلْ khusus dipergunakan untuk menanyakan
At- Tashdiq saja.
Contohnya:
هَلْ جاء صديقك ؟
Apakah teman kamu sudah
datang?
Maka jawabannya adalah “
ya “ atau “tidak”
Di antara adat-adat
istifhām yang lain:
3)
مَنْ (Siapa): untuk menanyakan sesuatu
yang
berakal seperti manusia.
مَنْ فتح الباب ؟
Siapa yang membuka pintu?
4)
ما (Apakah): untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
مَا الِقِيَامَةُ ؟
Apa kiamat itu?
5)
متى(Kapan): untuk menanyakan waktu (berzaman madli atau mustaqbal)
مَتَى تَذْهَبُ ؟
Kapan engkau pergi?
6)
أيان(Kapan): untuk menanyakan waktu yang akan
datang.
أَيَّانَ يُبْعَثُ النَّاسُ مِنْ قُبُوْرِهِمْ ؟
Kapan manusia dibangkitkan
dari kuburnya?
7)
كيف(Bagaimana): untuk
menanyakan kondisi
كَيْفَ أنت ؟
Bagaimana kabarmu?
8)
أين(Di Mana): untuk menanyakan tempat
أَيْنَ بَيْتُكَ ؟
Di mana rumahmu?
9)
أنى. Ini sama artinya dengan من
أين (Dari Mana), كيف (Bagaimana), dan متى (Kapan)
Contohnya:
أَنَّى لَكَ هَذَا الْمَالَ ؟
Dari mana engkau
memperoleh harta benda ini?
4¯Tr& ¾Çósã ÍnÉ»yd ª!$# y÷èt/ $ygÏ?öqtB (
”...Bagaimana
Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?....” (QS.
Al-Baqarah [2]: 259)
زُرْنِيْ أَنَّى شِئْتَ ؟
Kunjungilah saya kapan
saja engkau mau
10)
كم(Bagaimana): untuk menanyakan bilangan yang masih samar
كَمْ عَدَدُ الطُلَّابِ فِيْ هَذَا الْفَصْلِ ؟
Berapa jumlah siswa di
kelas ini?
11)
أي (Yang Mana): untuk membedakan
salah satu diantara 2 pelaku / 2 hal yang keduanya sama dalam satu perkara.
أَيُّ الرَّجُلَيْنِ أَكْبَرُ سِنًّا ؟
Yang mana yang lebih tua umurnya diantara kalian
berdua?
·
Makna-makna
al-Istifhām
Lafaz-lafaz istifhām
terkadang keluar dari makna aslinya kepada makna-makna lain yang bisa diketahui
melalui konteks dan redaksi kalimat.
Makna-makna tersebut di antaranya:
- An-Nafyu (peniadaan).
Contohnya:
ö@yd
âä!#ty_
Ç`»|¡ômM}$# wÎ)
ß`»|¡ômM}$#
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).” (QS. Ar-Rahmān [55]: 60)
-
An-Nahyu (larangan)
Contohnya:
óOßgtRöqt±ørBr& 4 ª!$$sù ,ymr& br& çnöqt±ørB bÎ) OçFZä. úüÏZÏB÷sB
”...Mengapakah
kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS.
At- Taubah [9]: 13)
Maksudnya لاَ تَخْشَوْهُمْ (janganlah kalian takut kepada mereka)
-
Al-Amr (perintah)
Contohnya:
ö@ygsù LäêRr& tbqåktJZB
”...Maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al- Mā’idah [5]: 91)
Maksudnya اِنْتَهُوْا (berhentilah)
-
Al-Inkār (tidak mengakui)
Contohnya:
uöxîr& «!$# tbqããôs? bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹
”...Apakah kamu
menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!” (QS. Al-An’ām [6]: 40)
-
At-Taqrīr (menetapkan)
Contohnya:
óOs9r& ÷yuô³nS y7s9 x8uô|¹
”Bukankah kami
Telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Alam Nasyrah
[94]: 1)
- At-Ta‘zhīm (mengagungkan)
Contohnya:
`tB #s Ï%©!$# ßìxÿô±o
ÿ¼çnyYÏã wÎ)
¾ÏmÏRøÎ*Î/ 4
“…Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya?....” (QS. Al-Baqarah [2]:
255)
- At-Tahqīr (menghina)
Contohnya:
أَهَذَا الَّذِيْ مَدَحْتَهُ كَثِيْرًا ؟
Apakah ini orang yang sering engkau puji?
- At-Taswiyah (menyamakan)
Contohnya:
¨bÎ)
úïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy
óOÎgøn=tæ
öNßgs?öxRr&uä ÷Pr&
öNs9
öNèdöÉZè? w
tbqãZÏB÷sã
“Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 6)
-
At-Tamannī (mengharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi)
Contohnya:
ö@ygsù
$uZ©9 `ÏB uä!$yèxÿä©
(#qãèxÿô±usù !$uZs9
“...Maka Adakah
bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami....” (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)
- At-Tasywīq (membikin penasaran)
Contohnya:
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
ö@yd
ö/ä39ßr&
4n?tã
;ot»pgÏB /ä3ÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r&
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan-mu dari azab yang
pedih?” (QS. Ash-Shaff [61]: 10)
2). Al-Insyā’ Ghair ath-Thalabi (الإنشاء غير الطلبي)
Yaitu Kalam insya’ yang
tidak mengandung tuntutan yang hasilnya tidak terwujudkan secara langsung.
Al-Insyā’ jenis ini terbentuk dari susunan-susunan kalimat
berikut:
-
At-Ta‘ajjub(التعجب)
, yaitu menunjukkan rasa
heran/kagum.
Contoh:
مَا أَجْمَلَ السَّمَاءَ
Alangkah
indahnya langit itu
- Al-Qasam(القسم) , yaitu
bersumpah dengan menggunakan 3 huruf sumpah, yaitu الواو , الباء dan التاء. Seperti: والله ، بالله ، تالله
Contoh lain:
ħ÷K¤±9$#ur $yg8ptéÏur
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari.”
(QS. Asy-Syams [91]: 1)
-
Shighot Akad, seperti بعت , اشتريت, أنكحتك
-
At-Tarajjī(الترجي) ,
yaitu mengharap sesuatu yang mungkin terealisasi.
عسى ، حرى ، اخلولق
Contoh:
|#Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×öyz öNà6©9 (
”Boleh jadi
kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Contoh lain:
لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيْبٌ
Semoga hari
Kiamat itu dekat/cepat tiba.
-
Fi‘il al-Madh dan
adz-Dzamm, yaitu fi‘il yang
dipergunakan untuk memuji dan mencela: نعم ، بئس
Contoh:
نِعْمَ الْعَبْدُ أَوَّابٌ
Sebaik-baik
hamba adalah yang banyak bertobat).
Contoh lain:
بِئْسَ الْخُلُقُ الْكَذِبُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar