Selasa, 14 Januari 2014

Ilmu Ma'ani



BAB II
ILMU  MA‘Ā

Definisi Ilmu Ma‘ānī
Yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengungkapkan ibaroh yang sesuai dengan مقتضى الحال dalam berbagai situasi dan kondisi sehingga maksud dan tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan gamblang.


Didalam ilmu ma’ani terdapat 6 bab, yaitu:
الباب الأول
الخبر والإنشاء
Setiap kalam itu ada kalanya yang berbentuk kalam khobar dan ada kalanya berupa kalam insya’. Yang keterangannya sebagai berikut:
AL-KHOBAR (الخبر)
 adalah kalam yang mungkin benar dan mungkin salah. Seperti contoh:
سافر محمد ، وعلى مقيم
Sedangkan yang dimaksud dengan kebenaran suatu khabar adalah jikalau keberadaan khabar tersebut sesuai dengan kenyataannya, sedangkan yang dimaksud dengan salahnya suatu khabar adalah apabila tidak sesuai dengan kenyataan.
Adapun kalam insya’ adalah kalam yang tidak mengandung benar atau salahnya suatu perkara, karena hanya bersifat menimbulkan/mewujudkan. Seperti contoh:
سافرْ يا محمد ، أقم يا على
Pembagian kalam khabar
Khabar ada 2 macam, yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.
1). Jumlah fi’liyah biasanya digunakan untuk meletakkan suatu pekerjaan di dalam zaman tertentu tapi secara ringkas (tidak butuh lafadz bema’na zaman lagi).
Contoh ketika kita akan memberitahukan khabar kedatangannya zaid dalam zaman tertentu (misal zaman yang sudah lewat), maka diucapkan جاء زيد . dan ketika hendak memberitahukan keberadaan zaid yang sebentar lagi akan datang, maka diucapkan يجيء زيد
2). Sedangkan jumlah ismiyah penggunaannya adalah hanya sekedar ingin menetapkan musnad pada musnad ilaih saja, tidak memandang kapan pekerjaan tersebut terjadi.
Contoh ketika kita hanya sekedar memberi tahu mengenai berdirinya zaid saja, tidak bermaksud kapan toh berdirinya, maka diucapkan زيد قائم.

Kesimpulan:
Apabila kita hanya sekedar memberitahukan suatu khabar saja, tidak memandang kapan tejadinya khabar itu, maka diucapkan زيد قائم. Dan apabila tidak sekedar kasih informasi saja, akan tetapi ingin juga memberi tahu kapan terjadinya pekerjaan tersebut, maka diucapkan قام زيد atau يقوم زيد (memberi tahu kalau zaid sudah berdiri atau akan berdiri).
Tujuan Khabar (أغراض الخبر)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai (dimaksudkan) dari penyampaian suatu berita dalam kaitannya dengan situasi dan kondisi si mukhotob:
(a) Fā’idah al-Khabar (فائدة الخبر)
Yaitu memberi tahu kepada mukhotob tentang kabar berita atau hukum yang terkandung dalam kalam tersebut. Contohnya: حضر رئيس الجمهورية (telah hadir presiden)
 جاء زيد (Zaid sudah datang),
(b) Lāzim al-Fā’idah (لازم الفائدة)
Yaitu menyampaikan berita bahwa mutakallim mengetahui berita yang disampaikan, seperti seseorang yang mengetahui temannya lulus ujian tetapi berita tersebut masih disembunyikan oleh yang bersangkutan. Disebutkan أَنْتَ نَجَحْتَ في الاخْتِبَار (engkau lulus ujian).
(c) Al-Fakhr  (الفخر)
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya sebagaimana sabda Rasulullah:     
أَنَا أَفْصَحُ العَرَبِ بَيْدَ أَنِّي مِنْ قُرَيْشٍ
Saya orang yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy.

(d) Izhhār al-Dha‘f(إظهار الضعف)
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan atau menampakkan kelemahan.
Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang kondisi Nabi Zakariya:
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB Ÿ@yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øŠx©
“Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban….” (Q.S.Maryam [19]:4).
(e) Al-Istirhām dan al-Isti‘thāf    (الاسترحام والاستعطاف)
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kasih sayang dan belas kasihan. Contohnya:
إِنِّيْ فَقِيْرٌ إِلَى عَفْوِ اللهِ وَغُفْرَانِهِ
Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.
(f) Izhhār al-Tahassur ‘alā Syai’in Mahbub إظهار التحسر على شيء محبوب) )
Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan rasa bersedih hati terhadap sesuatu yang dicintai.
Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri Imran yang melahirkan anak perempuan bernama Maryam:
Contohnya:
$£Jn=sù $pk÷Jyè|Êur ôMs9$s% Éb>u ÎoTÎ) !$pkçJ÷è|Êur 4Ós\Ré&
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku, Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 36).



(g) Izhhār al-Faroh
Yaitu menyampaikan berita untuk memperjelas kebahagiaan
Contohnya:
جاء الحق وزهق الباطل



اضرب الخبر
Karena ruang lingkup bahasan ilmu Maānī berkaitan dengan efektivitas suatu berita yang sesuai dengan situasi dan kondisi mukhotob, maka ada tiga bentuk penyampaian khabar yang dipergunakan mutakallim untuk meyakinkan mukhotob:
(a)   Al-Ibtidā’ī (الابتدائي)
Jika mukhotob tidak memiliki (tidak mengetahui) berita sama sekali mengenai suatu peristiwa, maka berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukīd (penguat/penegas), contohnya: زيد جالس
(b)  Al- Thalabī  (الطلبي)
Jika mukhotob ragu atau bimbang mengenai kebenaran suatu berita, maka untuk meyakinkannya kita cukup menggunakan satu taukid (penegas), contohnya: إن زيدا جالس
(c)   Al- Inkārī (الإنكاري)
Jika mukhotob mengingkari kebenaran suatu berita atau tidak percaya dengan dengan adanya suatu informasi, maka untuk meyakinkannya kita menggunakan satu taukid dulu, dan jika ternyata masih ingkar maka ditambah dua taukīd atau lebih sesuai kadar ingkarnya, contohnya:
ان أخاك قادم
Jika masih ingkar, maka ditambah taukid lagi
إن أخاك لقادم
Jika masih ingkar juga, maka ditambah taukid lagi, dan begitu seterusnya
والله إن أخاك لقادم
 Huruf Taukīd (أحرف التوكيد)
Ada beberapa huruf taukīd yang dipergunakan untuk memperkuat suatu berita sehingga mukhotob mantap dengan kebenaran sesuatu yang disampaikan, yaitu:
إِنَّ، أَنَّ، القَسَمُ، لَامُ الْاِبْتِدَاءِ، نُوْنُ التَّوْكِيْدِ الْخَفِيْفَةُ، نُوْنُ التَّوْكِيْدِ الثَّقِيْلَةُ،  أَحْرُفُ التَّنْبِيْهِ، قَدْ، أَمَّا الشَّرْطِيَّةِ   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar