BAB II
ILMU MA‘ĀNĪ
Definisi Ilmu Ma‘ānī
Yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana
cara mengungkapkan ibaroh yang sesuai dengan مقتضى الحال dalam berbagai situasi dan kondisi sehingga maksud dan tujuan bisa
tersampaikan secara jelas dan gamblang.
Didalam ilmu ma’ani terdapat 6 bab, yaitu:
الباب الأول
الخبر والإنشاء
Setiap kalam itu ada kalanya yang berbentuk kalam khobar dan ada kalanya
berupa kalam insya’. Yang keterangannya sebagai berikut:
AL-KHOBAR (الخبر)
adalah kalam yang mungkin benar dan mungkin
salah. Seperti contoh:
سافر محمد ، وعلى مقيم
Sedangkan yang dimaksud dengan kebenaran suatu khabar adalah jikalau
keberadaan khabar tersebut sesuai dengan kenyataannya, sedangkan yang dimaksud
dengan salahnya suatu khabar adalah apabila tidak sesuai dengan kenyataan.
Adapun kalam insya’ adalah kalam yang tidak mengandung benar atau salahnya
suatu perkara, karena hanya bersifat menimbulkan/mewujudkan. Seperti contoh:
سافرْ يا محمد ، أقم يا على
Pembagian
kalam khabar
Khabar ada 2 macam,
yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.
1). Jumlah fi’liyah
biasanya digunakan untuk meletakkan suatu pekerjaan di dalam zaman tertentu
tapi secara ringkas (tidak butuh lafadz bema’na zaman lagi).
Contoh ketika kita akan memberitahukan khabar kedatangannya zaid dalam
zaman tertentu (misal zaman yang sudah lewat), maka diucapkan جاء زيد . dan ketika hendak memberitahukan keberadaan zaid yang
sebentar lagi akan datang, maka diucapkan يجيء زيد
2). Sedangkan
jumlah ismiyah penggunaannya adalah hanya sekedar ingin menetapkan musnad pada
musnad ilaih saja, tidak memandang kapan pekerjaan tersebut terjadi.
Contoh ketika kita
hanya sekedar memberi tahu mengenai berdirinya zaid saja, tidak bermaksud kapan
toh berdirinya, maka diucapkan زيد قائم.
Kesimpulan:
Apabila kita hanya sekedar memberitahukan suatu khabar saja, tidak
memandang kapan tejadinya khabar itu, maka diucapkan زيد قائم. Dan apabila tidak
sekedar kasih informasi saja, akan tetapi ingin juga memberi tahu kapan
terjadinya pekerjaan tersebut, maka diucapkan قام زيد atau يقوم زيد (memberi tahu kalau zaid sudah berdiri atau akan berdiri).
Tujuan Khabar (أغراض الخبر)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai (dimaksudkan) dari
penyampaian suatu berita dalam kaitannya dengan situasi dan kondisi si mukhotob:
(a) Fā’idah
al-Khabar (فائدة الخبر)
Yaitu memberi tahu kepada mukhotob tentang kabar berita atau
hukum yang terkandung dalam kalam tersebut. Contohnya: حضر رئيس الجمهورية (telah
hadir presiden)
جاء زيد (Zaid sudah datang),
(b) Lāzim
al-Fā’idah (لازم الفائدة)
Yaitu
menyampaikan berita bahwa mutakallim mengetahui
berita yang disampaikan, seperti seseorang yang mengetahui temannya lulus ujian
tetapi berita tersebut masih disembunyikan oleh yang bersangkutan. Disebutkan أَنْتَ نَجَحْتَ في الاخْتِبَار (engkau
lulus ujian).
(c) Al-Fakhr
(الفخر)
Yaitu
menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya
sebagaimana sabda Rasulullah:
أَنَا أَفْصَحُ العَرَبِ بَيْدَ
أَنِّي مِنْ قُرَيْشٍ
Saya orang
yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy.
(d) Izhhār
al-Dha‘f(إظهار
الضعف)
Yaitu menyampaikan
berita untuk menunjukkan atau menampakkan kelemahan.
Contohnya
sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang kondisi Nabi
Zakariya:
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB @yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øx©
“Ia (Nabi
Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah ditumbuhi uban….” (Q.S.Maryam [19]:4).
(e) Al-Istirhām
dan al-Isti‘thāf (الاسترحام
والاستعطاف)
Yaitu
menyampaikan berita untuk menunjukkan kasih sayang dan belas kasihan.
Contohnya:
إِنِّيْ فَقِيْرٌ إِلَى عَفْوِ اللهِ
وَغُفْرَانِهِ
Saya sangat
mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.
(f) Izhhār
al-Tahassur ‘alā Syai’in Mahbub إظهار التحسر على شيء محبوب) )
Yaitu
menyampaikan berita untuk menunjukkan rasa bersedih hati terhadap sesuatu yang dicintai.
Contohnya
sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri Imran
yang melahirkan anak perempuan bernama Maryam:
Contohnya:
$£Jn=sù $pk÷Jyè|Êur ôMs9$s% Éb>u ÎoTÎ) !$pkçJ÷è|Êur 4Ós\Ré&
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata,
“Ya Tuhanku, Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. Āli
‘Imrān [3]: 36).
(g) Izhhār al-Faroh
Yaitu menyampaikan berita untuk memperjelas kebahagiaan
Contohnya:
جاء
الحق وزهق الباطل
اضرب
الخبر
Karena ruang lingkup
bahasan ilmu Ma‘ānī berkaitan dengan efektivitas suatu berita yang sesuai dengan situasi dan kondisi mukhotob,
maka ada tiga bentuk penyampaian khabar yang dipergunakan mutakallim untuk
meyakinkan mukhotob:
(a)
Al-Ibtidā’ī (الابتدائي)
Jika mukhotob
tidak memiliki (tidak mengetahui) berita sama sekali
mengenai suatu peristiwa, maka berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukīd
(penguat/penegas), contohnya: زيد جالس
(b) Al- Thalabī (الطلبي)
Jika mukhotob ragu atau bimbang mengenai kebenaran suatu berita, maka untuk
meyakinkannya kita cukup menggunakan satu taukid (penegas), contohnya: إن زيدا جالس
(c)
Al- Inkārī (الإنكاري)
Jika mukhotob mengingkari kebenaran suatu berita atau tidak percaya dengan dengan
adanya suatu informasi, maka untuk meyakinkannya kita menggunakan satu taukid dulu, dan jika ternyata masih ingkar maka
ditambah dua taukīd atau lebih sesuai
kadar ingkarnya, contohnya:
ان أخاك قادم
Jika masih
ingkar, maka ditambah taukid lagi
إن أخاك لقادم
Jika masih
ingkar juga, maka ditambah taukid lagi, dan begitu seterusnya
والله إن أخاك لقادم
Huruf Taukīd
(أحرف التوكيد)
Ada beberapa huruf taukīd
yang dipergunakan untuk memperkuat suatu berita sehingga mukhotob mantap dengan kebenaran sesuatu yang disampaikan, yaitu:
إِنَّ، أَنَّ، القَسَمُ، لَامُ الْاِبْتِدَاءِ، نُوْنُ التَّوْكِيْدِ
الْخَفِيْفَةُ، نُوْنُ التَّوْكِيْدِ الثَّقِيْلَةُ، أَحْرُفُ التَّنْبِيْهِ، قَدْ، أَمَّا
الشَّرْطِيَّةِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar